MENYINGKAP SINYAL AL QUR’AN
DALAM MEMAHAMI FILSAFAT KEHIDUPAN SEMUT DAN LEBAH
Oleh : Drs.Baidhowi.HB,SH
PENDAHULUAN.
Kedua jenis serangga makhluk Allah yang dikenal dengan
sebutan SEMUT dan LEBAH adalah komunitas serangga yang masing-masing
memiliki karesteristik yang berbeda di satu sisi tapi disisi lain
memiliki persamaan.
Semut dan lebah masing-masing hidup dalam sebuah komunitas
yang memiliki struktur organisasi yang rapih, memiliki pimpinan yang
dikenal dengan sebutan “RATU SEMUT” dan “RATU LEBAH”, di samping itu ada
pula bagian-bagian yang masing-masimg memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda. Bidang Pertahanan dan Keamanan bertugas mengamankan dan
mempertahankan komunitas masyarakatnya dari ancaman yang datang dari
luar, Bagian Pengadaan Pangan bertugas mengumpulkan bahan pangan untuk
stok persediaan pangan yang disimpan dalam gudang logistik yang
disediakan khusus untuk itu. Begitu juga Bidang Konstruksi yang bertugas
merancang bangun gedung hunian yang layak, aman dan nyaman dari
gangguan ancaman dari pihak manapun. Dan bidang-bidang lainnya.
Boleh jadi karena dari kehidupan semut dan lebah yang
begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kehidupan kedua
komunitas serangga ini, Allah abadikan sebutan dalam kitab suci dengan
sebutan “AN NAML” dengan Surat An Naml untuk komunitas semut dan “AN NAHL” dengan Surat An Nahl
untuk komunitas lebah. Hal inilah di antara yang menarik perhatian
paenulis untuk menuangkan kedalam tulisan ini, dengan harapan semoga
menjadi bahan renungan dalam menjalankan roda kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara, yang konon kita lihat para pengendali negeri
ini seakan-akan kehilagan arah dalam membawa negeri ini, tidak hanya itu
tapi dari hari kehari ada saja timbul permasalahan-permasalahan yang
tak kunjung selesai, saling sikut untuk memperebutkan jabatan dan
fasilitas, angka korupsi semakin ditekan bukannya sirna tapi semakin
bermunculan berbagai bentuk korup dari sekala kecil hingga sekala
nasional dan bahkan mungkin sekala internasional. Pertanyaannya mengapa
semua ini terjadi? Padahal usaha pengendalian masalah tersebut,
dipermukaan nampak seakan telah optimal dengan dibentuknya badan ini dan
badn itu dll.
P E M B A H A S A N
- Perilaku Hidup Semut.
Sebagaimana kita kethui bahwa komunitas kehidupan
masyarakat semut, di samping memiliki sistem organisasi yang begitu
rapih, semut dalam mencari nafkah mereka tidak pernah saling berebut,
yang ada mereka selau saling membantu satu sama lain, bahkan ketika
mendapat bahan pangan yang tidak bisa diangkat oleh seekor semut mereka
serentak bergotong royong membawa dan mengangkatnya secara bersama-sama
hingga sampai ketempat penyimpanan bahan logistik untuk kepentingan
bersama, Jadi tidak ada usaha untuk memperkaya diri sendiri. Demikian
juga ketika mereka berjalan, misalnya migran ketempat lain, mereka tidak
saling mendahului satu sama lain berebut untuk lebih duluan, tapi
mereka jalan bersama demikian rapih, bahkan ketika satu sama lain
papasan di jalan mereka bersalaman dan saling menginformasikan tentang
hal-hal yang menjadi tugas mereka mungkin hal yang perlu segera
diselesaikan. Dan yang lebih merik lagi, petugas kostruksi bangunan
merancang pembuatan terowongan, mereka bekerjasama membangun yang
kadang-kadang cukup panjang terowongan yang mereka bangun, tanpa ada
maksud untuk mengeruk keuntungan pribadi, tapi semua itu mereka lakukan
untuk kepentingan keamanan dan kenyamanan bersama seluruh warga
masyarakatnya sendiri.
Akan halnya ketika Arsitektur semut merancang bangunan
rumah hunian komunitasnya, secara bergotong royong mereka bangun bak
gedung pencakar langit penuh dengan ratusan bahkan ribuan kamar-kamar
yang begitu artistik, semua bahan bangunan mereka olah sendiri dari
bahan baku lumpur yang tersedia di wilayah hunian mereka, sekedar catatan;
konon dalam sebuah penelitian daya angkat beban bagi seekor semut bisa
mencapai 50 x berat badan semut, sedang Gajah yang memiliki badan besar,
ia hanya mampu dan memiliki daya angkat 2 x berat badannya
Sehingga bangunan yang mereka bangun cukup kuat dan aman untuk
melindungi warga negaranya dari berbagai bentuk ancaman baik dalam
bentuk bencana alam separti tiupan angin dan derasnya terpaan hujan,
atau ancaman dalam bentuk gangguan keamanan, seperti binatang buas dan
lain-lain.
Sekedar ilustrasi kita dapat saksikan bentuk hunian warga masyarakat
semut yang cukup artistik seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.

Sarang Semut Perbatasan Sota-Papua New Guinea
Kemudian ada hal penting lain dari kehidupan
masyarakat semut adalah disaat komunitasnya terganggu dan terancam oleh
siapapun ia, sebagai misal ketika tak sengaja sarangnya terinjak oleh
seseorang atau siapun, serentak semut-semut itu atas komando Petugas
pertahanan Keamannya memerinthkan menyerang, terpaksa kaki pihak yang
menginjaknya mereka gigit sejadi-jadinya, dan pihak yang menginjak pun
segera meninggalkan tempat, begitu gigihnya mereka mempertahankan
komunitas kehidupan masyarakatnya. Begitu juga dalam memerangi
musuh-musuhnya mereka tak pernah segan sebesar apapun pihak yang
mengganggu mereka, mereka tak pernah menyerah. Gajah adalah binatang
yang cukup besar, tapi karena tekad dan semangat semut pantang menyerah,
mereka bisa lumpuhkan dengan caranya sendiri, misal mereka menyerang
masuk melalui telinga dan rongga-rongga yang terbuka lainnya akhirnya
mereka mampu melumpuhkannya.
Boleh jadi kita akan berkata, itukan aktivitas
yang mereka lakukan semata-mata karena insting yang mereka miliki. Hal
yang demikian ada benarnya, tapi mengapa manusia yang nota benenya di
samping memiliki insting juga akal fikiran dan hati nurani, tak pernah
berfikir betapa semut yang begitu hebat norma kehidupannya, justeru
manusia tak menyadari betapa akal dan hati nuraninya sebagai anugrah
Ilahi, tidak mereka gunakan untuk membimbing insting yang mereka miliki,
tapi justeru hawa nafsunya yang mereka kedepankan, yang kadang-kadang
tidak lagi mengindahkan norma-norma hidup.
- Perilaku Hidup Lebah.
Akan halnya semut Lebah juga memeliki
karekteristik yang hampir sama, hanya saja lebah tidak pernah hinggap di
tempat-tempat kotor seperti lalat yang selalu mencari tempat-tempat
yang kotor, semut kadang juga ditmukan dan atau suka pada gula dan
kotoran bangkai, inipun tidak seluruh jenis semut, beda halnya dengan
lebah ia selalu mencari rizki yang bersih, ia selalu hinggap di
pepohonan yang sedang berbunga untuk mengisap madunya dan hasil
perolehannya mereka kumpulkan dalam gudang logistik yang sudah mereka
siapkan untuk itu. sebagimana kita ketahui madu lebah sudah teruji
secara medis adalah obat berbagai penyakit, dan sangat banyak
manfa’atnya untuk manusia.
Lebah dalam mencari rizki, mereka sangat
konsekwen dengan bidang tugasnya masing-masing, hasil perolehannya tak
pernah mereka selewengkan untuk kepentingan pribadi apalagi untuk
memperkaya diri, tapi mereka kumpulkan dalam gudng logistik penyimpanan
untuk kepentingan bersama. Begitu juga untuk melindungi masyarakat
warganya yang masih lemah mereka buat rumah hunian yang cukup artistik
dengan dilengkapi ratusan bahkan ribuan kamar-kamar, ditempat huniannya
itulah mereka mengembang biakkan keturunan untuk melanjutkan tugas dan
pengabdiannya dikemudian hari sesuai bidang tugas yang diberikan
pimpinannya, untuk kelangsungan hidup generasi selanjutnya.
Kemudian pula lebah dalam mempertahankan komunitasnya dari
berbagai gangguan, di bawah komando komandan pertahanaan keamanan mereka
selalu siaga, tanpa basa basi lagi mereka segera bergerak dan menyerang
segala bentuk gangguan yang diperkirakan akan menggangu komunitas
mereka. Sebagai ilustrasi, misalnya seekor burung elang lewat dan
kebetulan menyentuh kerumunan lebah di sarangnya, merasa terganggu dan
terusik keamanan dan
kenyamanan komunitasnya, segera komandan keamanan memerintahkan
penyerangan, karena burung elang sudah menghilang tiba-tiba saja lewat
seorang petani yang kebetulan berada di bawah sarang lebah yang sedang
bermasalah, mungkin saja sang petani juga sedang mengamati sarang lebah
itu dengan maksud untuk mengabil madunya.
Tampa bebibu lagi pasukan lebah di bawah perintah komandan langsung
menyerang sang petani yang kebetulan lewat dengan serangan habis-habisan
mereka kejar sampai kemanapun ia lari, sehingga sang petani kewalahan
dan tak berdaya dibuatnya. Selesai melaksanakan tugas pasukan lebahpun
kembali ke induk pasukannya dan lapor ke Komandan bahwa tugas selesai
dilaksanakan. Itulah sekilas perilaku kehidupan komunitas lebah pada
umumnya, dan sebagai ilustrasi dapat kita lihat sebuah koloni kehidupan
masyarakat lebah seperti gambar di bawah ini :

Gambar salah satu komunitas lebah madu dan sarangnya
- Beberapa Pelajaran Dari Kehidupan Semut dan Lebah.
Dari beberapa uraian sekilas tentang perilaku komunitas
kehidupan semut dan lebah sebagaiman terurai di atas, barangkali dapat
kita jadikan pelajaran dalam kehidupan kita sebagai sebuah
masyarakat bangsa dan negar, antara lain, sangat ditentukan :
- Budaya ketaatan terhadap norma-norma kehidupan
- Budaya konsisten terhadap tugas-tugas yang telah diamantkan
- Budaya bersih dari berbagai penyakit hati; iri, dengki, hasud, pendendam dll
- Budaya mengutamakan kepentingan hajat hidup orang banyak daripada kepentingan peribadi
- Budaya bersih dari praktek-praktek memperkaya diri dengan cara-cara yang tidak hak.
Paling tidak dari lima hal yang dapat kita petik sebagai
pelajaran dari kehidupan masyarakat semut dan lebah di atas, bila kita
inplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari mulai dari kelompok
kecil masyarakat; keluarga, kampung atau desa, kecamatan dan seterusnya
hingga masyarakat bangsa dan negara, maka paling tidak angka berbagai
permasalahan yang dihadapi negeri ini, dipastikan mengalami penurunan,
setidak-tidaknya tidak malah bertambah banyak seperti yang kita rasakan
dan saksikan belakangan ini, belum selesai satu permasalahan tiba-tiba
muncul permasalahan baru lagi, seperti akhir-akhir ini terjadi komplik
di Ambon tepatnya di Tual Maluku Selatan misalnya.
- KESIMPULAN
Sosok semut di dalam kitab suci dimuat dalam (
QS. An Naml: 17 – 18), sedang sosok Komunitas Lebah dimuat dalam (QS. An
Nahl : 68 –69), kedua jenis komunitas ini dicipta sebagai salah satu
tanda kebesaran Sang Pencipta agar manusia mencerna dengan akal
fikirannya, baik dari perilaku, sistem organisasi dan cara hidupnya.
Ketika manusia mampu membaca, mencerna dan
mehahami sinyal-sinyal yang diisyaratkan sang Khaliq dari perilaku
kehidupan semut dan lebah ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, maka keamanan, kedamaian, kesejahteraan dan ketenterman
hidup di negeri ini akan dirasakan dan dinikmati oleh segenap lapisan
masyarakat secara merata dan berkeadilan.
Wa Allahu A’lam. Semoga !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar