TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI
( JEAN PIAGET )
A. PENGERTIAN
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)
dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut
para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku itu terjadi.
B.
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan
kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli
psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya
kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan ,
tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa
tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat
mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai
skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat
mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang
individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap
dibandingkan ketika ia masih kecil.
Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan
istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme
berhubungan dengan :
- Refleks-refleks pembawaan ; misalnya
bernapas, makan, minum.
- Scheme mental ; misalnya scheme of
classification, scheme of operation. ( pola tingkah laku yang masih sukar
diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati
Jika schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu
menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini
dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium), namu ketika anak menghadapi
situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan pola-pola yang ada, anak
mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium) yaitu kondisi yang tidak
menyenangkan.
Sebagai contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak
: seorang anak yang baru pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai
cecak besar, karena ia baru memiliki konsep cecak yang sering dilihat
dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya
untuk pertama kalinya, konsep cecaklah yang paling dekat dengan stimulus.
Peristiwa ini pun bisa terjadi pada orang dewasa. Hal ini terjadi karena
kurangnya perbendaharaan kata atau dalam kehidupan sehari-harinya konsep
tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali orang menyebut kuda laut itu
sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu jauh berbeda cara hidupnya,
lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan kuda ataupun singa.
Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk tubuhnya yang hampir sama.
Perkembangan skemata ini berlangsung terus -menerus melalui
adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran
tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah
pola penalaran dan tingkat intelegensi anak itu.
Menurut Piaget, intelegensi itu
sendiri terdiri dari tiga aspek,
1.
Struktur ; disebut juga scheme seperti yang
dikemukakan diatas
2.
Isi ; disebut juga content, yaitu
pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
3.
Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang
berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektul.
Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant,
yaitu organisasi dan adaptasi.
- Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam
menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang
koheren.
- Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu
terhadap lingkungannya.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk
dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Asimilasi
Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru
ke dalam skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau
kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.
2. Akomodasi
Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema
yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu
terhadap stimuli lingkungan.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada
keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan
agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada
stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah
perubahan dari keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang
diperolehnya.
Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang
bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
Pertumbuhan
intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium
– disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu
akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.
C.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi
transisi tahap perkembangan anak, yaitu :
1. kematangan
2. pengalaman fisik / lingkungan
3. transmisi social
4. equilibrium
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan
kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga
dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari
berbagai usia golongan menengah di Swiss.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada
empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara
kronologis :
a. tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;
b. tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
c. tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun
;
d. tahap Operasi Formal : 11 keatas.
Sebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata
(sekitar) dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang
lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada
tahun 1950-an.
a. Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric
Stage)
Bagi
anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra)
Pada
mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu
objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai
berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari
pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai
mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya.
Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam
struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk
melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara
meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan,
skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih
kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek
yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
b. Tahap Pra Operasi ( Pre Operational
Stage)
Tahap
ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah
operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan
kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying),
menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan
membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini
pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada
pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda,
maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap
pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu
kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri
anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau
lebih secara bersamaan.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan
kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat)
di dalam lingkungannya saja.
c.
Tahap Operasi Konkrit (Concrete
Operational Stage)
Anak-anak
yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada
umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan
benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objek
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan
pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu
disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka,
anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan
tugas-tugas logika.
Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi
tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak
mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap.
Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih terang daripada rambut
Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap operasional
konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan
menggunakan lambang-lambang.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak telah dapat mengetahui
symbol-simbol matematis, tetapi belum dapatt menghadapi hal-hal yang abstrak
(tak berwujud).
d.
Tahap Operasi Formal (Formal
Operation Stage)
Tahap
operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara
kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan
menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda
konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan
dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam
struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol,
ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,
memahami konsep promosi.
Sebagai
contoh eksperimen Piaget berikut ini :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak
Pendek” dan untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek”
itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu
mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila diukur
dengan batang korek api tinggi “Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi “Pak
Tinggi” enam batang korek api.
Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan masalah
diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.
Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki
kekampuan untuk melakukan penalaran hipotek-deduktif, yaitu kemampuan
untuk menyusun serangkaian hipotesis dan mengujinya (child, 1977 : 127)
Kesimpulan pada tahap ini adalah :
Pada
tahap operasional formal, anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan
tidak dibingungkan oleh isi argument (karena itu disebut operasional formal).
Tahap
ini mengartikan bahwa anak-anak telah memasuki tahap baru dalam logika orang
dewasa, yaitu mampu melakukan penalaran abstrak. Sama halnya dengan penalaran
abstrak sistematis, operasi-operasi formal memungkinkan berkembangnya system
nilai dan ideal, serta pemahaman untuk masalah-masalah filosofis.
D.
IMPLIKASI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN
DI KELAS
Pengaplikasiannya di dalam belajar : perkembangan kognitif bergantung
pada akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum diketahui agar
ia dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya
saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru
ini individu akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area
itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.
Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget
terhadap pendidikan di kelas :
1.
Karena cara berpikir anak itu
berbeda-beda dan kurang logis di banding dengan orang dewasa, maka guru harus
dapat mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi
dengan guru.
2.
Anak belajar paling baik dengan menemukan
(discovery). Arrtinya disini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak
berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi
mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa
menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.
3.
Pendidikan disini bertujuan untuk
mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan
masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab
itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang
salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang
salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
4.
Guru dapat menemukan
menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran materi pelajaran atau pokok bahasan
pengajaran tertentu.
Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function.
Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya
berubah / berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan
suatu rangkaian perkembangan ; masing-masing . mempunyai struktur psikologi
khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan
intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat
perkembangan khusus.
E.
KRITIK TERHADAP TEORI PIAGET
Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip
umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran
orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan
bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail
penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan
tugas-tugas spesifik.
- Pada sebuah studi klasik, McGarrigle
dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi
(conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh
Piaget.
- Studi lain yang mengkritik teori
Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence
pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati
sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas
operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk
pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap
operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson
serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan
kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang
lebih tua
- dan belum lama ini, Bradmetz (1999)
menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa
kanak-kanak.
- Inilah yang menjadi pertentangan dan
kritikan diantara para ahli psikologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar